Total Pageviews

Sunday 4 December 2011

JARINGAN PENYUSUN SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM REPRODUKSI

Sistem dalam tubuh merupakan kesatuan dari berbagai jaringan yang mempunyai spesialisasi yang berbeda, dalam hal ini spesialisasi bentuk, ukuran namun memiliki tujuan yang sama yaitu mendukung berlangsungnya kerja dari satu sistem organ tubuh.  Sistem-sistem dalam tubuh yang saling berkoordinasi akan dapat mempertahankan keseimbangan dalam tubuh atau homeostasis dalam tubuh sehingga suatu organisme dapat bertahan hidup.
     Sistem pencernaan merupakan sekumpulan organ yang saling berkoordinasi untuk melaksanakan proses pencernaan sehingga tubuh dapat memperoleh energi dari proses metabolisme. Sistem perncernaan pada manusia dimulai dari mulut hingga tempat pembuangan feses yaitu anus. Menurut Dellmann (1992), system pencernaan memiliki serangkaian organ berbentuk buluh dengan kelenjarnya yang melaksanakan fungsi untuk memecah makanan yang masuk menjadi unti-unit kecil, agar dapat diserap jaringan untuk mempertahankan kehidupan organisme. Sistem reproduksi merupakan suatu sistem yang pada dasarnya berfungsi untuk menghasulkan keturunan, sehingga suatu generasi dapat dipertahankan dan tidak punah. Sistem reproduksi pada pria dan wanita berbeda, namun keduanya menghasilkan hormon seks dan sel gamet yang berfungsi pada saat fertilisasi.

Sstem percernaan jika dilihat dari histologinya dimulai dari lumen sampai ke permukaan terdiri atas:
1.    Tunika mucosa (lapisan lendir), dengan bagian: epitel, lamina propia, dan muscularis mucosa
2.    Tunika submucosa
3.    Tunika muscularis (lapisan otot) dengan bagian: sirkuler, (melingkar) dan longitudinal (memanjang.)
4.    Tunika adventitia (atau tunika serosa).
Tiap bagian pencernaan pada umumnya mengandung kelenjar yang menggetahkan lendir. Lendir itu berisi enzim untuk mencernakan makanan secara kimia. Kelenjar itu ada dalam tunica mucosa, ada pula dalam tunica submucosa (Junquiera dkk,1998).

a.    Usus halus (Intestinum tenue)
Usus halus disebut juga dengan intestine atau intestinum tenue. Terdiri dari 3 daerah yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Seperti halnya lambung, histologi usus halus juga terdiri dari 4 lapisan yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muscularis, dan tunika serosa. Permukaan dalam usus juga diperluas dengan adanya tonjolan-tonjolan dalam sirkuler (plica sirkulares). Tonjolan ini memiliki jonjot halus yang disebut villus (jamak: villi). Satu villus mengandung percabangan halus pembuluh darah dan pembuluh limfa. Tunika mukosa pada usus halus terdiri dari sel goblet dan sel batang. Sel goblet berbentuk bulat gembung seperti kendi atau lonceng, menggetahkan lendir tanpa mengandung enzim. Sel batang bermikrovilli, yang berfungsi untuk mengasorpsi makanan. Tunika submukosa tersusun atas serat kolagen, elastis dan retikulosa, banyak mengandung pembuluh darah dan simpul saraf Meissner. Pada lapisan ini, pada daerah duedenum terdapat kelenjar Bunner. Tunika muscularis terdiri dari dua lapisan otot polos. Sebelah luar letaknya longitudinal, sebelah dalam sirkuler. Diantara kedua lapisan ini terdapat simpul Auerbach.Tunika serosa terdiri dari mesothelium serta jaringan ikat, sebagai penerusan lapisan perithoneum (Marieb, 2004). Daerah duodenum, villi membentuk daun menjari yang berlapis-lapis. Di daerah jejenum, villi lebih pendek daripada di daerah duodenum. Pada ileum villi paling pendek dan membentuk jari. Pada bagian ini terdapat banyak nodul limfa dan membentuk kelompok yang disebut bercak Peyer.

b. Usus Besar
   Usus besar atau intestinum crassum terdiri dari 4 bagian yaitu caecum (usus buntu), appendiks (umbai cacing), colon (usus besar) dan rektum (poros usus). Pada persambungan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu empang berbentuk cincin. Jaringan penyusun usus besar terdiri dari Tunika mucosa yang tidak memiliki villi. Jaringan epitel terdiri atas sel-sel batang yang pada puncaknya terdapat banyak microvilli. Membran sel ke arah lumen diselaputi oleh kutikula. Kelenjar yang terdapat pada usus besar yaitu kelenjar Lieberkuhn. Kelenjar ini berbentuk panjang dan banyak mengandung sel goblet. Kelenjar pada usus besar mengandung sel goblet, sel Paneth, dan sel APUD. Namun yang dominan adalah sel goblet. Sel Paneth sukar ditemukan. Sedangkan sel APUD terdapat cukup banyak. Pada usus besar, terdapat banyak lamina propia yang mengandung nodul limfa dan menerobos masuk menuju ke tunika submukosa (Marieb, 2004).  
     Lapisan muscularis-mucosa mengandung dua lapis otot polos, longitudinal dan sirkuler. Fungsi alat ini ialah absorpsi air, vitamin hasil sistesa simbiosis dengan bakteri colon, dan pembentukan tinja. Tunika submucosa, mengandung terobosan nodul limfa. Tunika muscularis terdiri dari dua lapisan otot, tetapi, lapisan longitudalnya membentuk tiga gumpal otot seperti pipa, disebut teniae coli. Tunika serosa memiliki tonjolan jaringan lemak (Kerr, 1998).

2. Sistem Reproduksi
2.1. Sistem Reproduksi Pria
a.    Testis
Sistem reproduksi pria terdiri dari testis, pembuluh (epididymis, urethra), kelenjar (prostat, vesicula seminalis, bulbourethralis, Littre), dan penis. Testis adalah alat kelamin utama, penghasil gamet berupa spermatozoa. Testis adalah kelenjar penghasil gamet, sedikit cairan mani dan hormon. Karena itu, alat ini disebut kelenjar utama. Testis disebut juga buah pelir. Berbentuk bulat lonjong, sepasang kiri kanan dan berada dalam scrotum. Alat ini tergolong kelenjar tubuler majemuk. Dilapisi oleh kapsul yang terdiri jaringan ikat yang disebut tunika albuginea. Kapsul dibagian posterior menebal, disebut mediastinum testis. Pada mediastinum terletak puncak sekat (septula) yang membagi testis menjadi banyak ruang yang disebut lobuli testis yang terdiri dari 250 ruang. Sekat tidak tertutup sempurna, sehingga ada hubungan dengan lobuli sebelahan. Tiap lobulus mengandung lilitan tubulus seminiferus. Di dalam tubulus, dihasilkan spermatozoa serta hormon inhibin, ABP (androgen binding protein), dan estrogen. Diantara lobuli pada tiap septa diisi oleh jaringan antara, atau jaringan interstisial. Jaringan antara ini mengandung sel Leydig, penghasil hormon androgen. Semua tubuli seminiferus bermuara pada suatu labirin saluran yang disebut rete testis (Cormack, 1994). 
                    Gambar  1. testis beserta bagiannya


Testis merupakan kelenjar tubuler kompleks yang mempunyai 2 fungsi, yaitu fungsi reproduksi dan fngsi hormonal. Secara embriogenis testis berkembang dari gonadal ridge yang terletak di belakang rongga abdomen.  Testis dikelilingi oleh kapsula jaringan penyambung kolagen yang disebut tunika albugenia. Tunika albugenia mempunyai penebalan pada bagian posterior yang disebut mediastinum testis, dimana septa fibrosa menonjol membagi kelenjar menjadi sekitar 250 lobus. Septa ini tidak sempurna, dan seringkali terbentuk hubungan antara lobulus-lobulus. Tiap-tiap lobulus ditempati 1-4 tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus  terdiri atas unsur-unsur : 1) tunika jaringan penyambung fibrosa; 2) lamina basalis; dan 3) epitel germinativum. Selain terdapat sel germinativum, di dalam tubulus terdapat sel sertoli yang mempunyai peranan penting di dalam spermatogenesis.

3. Sistem Reproduksi Betina

3.1 Ovarium

Ovarium merupakan organ reproduksi primer, melakukan tugas ganda yaitu menghasilkan ovum  (oogenesis) dan mengeluarkan hormon-hormon seks. Ovarium merupakan badan berbentuk amandel, terdiri atas daerah medula yang mengandung beberapa pembuluh darah dan sedikit jaringan penyambung; dan daerah korteks dimana folikel-folikel ovarium yang mengandung oosit berkembang. Folikel-folikel ovarium tertanam di dalam stroma korteks. Dapat dibedakan tiga jenis folikel yaitu folikel primordial, folikel yang sedang tumbuh dan folikel Graaf.
Indung telur ovarium berjumlah sepasang, kiri dan kanan, bentuknya lonjong agak gepeng. Berada dalam rongga peritoneum, menggantung pada ligament besar oleh selaput peritoneum sendiri, disebut mesovarium. Menggantung pula pada uterus oleh ligamen ovarium. Lapisan terluar ovarium terdiri dari epitel germinal, selapis sel bentuk kubus yang berasal dari selaput peritoneum. Ovarium terdiri dari dua bagian, yaitu korteks dan medulla. Korteks adalah bagian kulit ovarium, di bawah epitel germinal. Terdiri dari jaringan ikat interstisial, yang disebut stroma. Diantara stroma terdapat banyak folikel . Folikel mengandung sel telur (oosit) dalam berbagai tingkat pertumbuhan. Setiap oosit diselaputi oleh sel folikel. Berbatasan dengan epitel germ inal, stroma memadat membentuk lapisan, disebut tunca albuginea. Stroma banyak mengandung serat retikuler dan sel bentuk gelendong mirip fibroblast.

a.    Tuba Fallopi
     Tuba fallopi disebut juga tuba uterina atau oviduk. Bagian kelamin ini menampung telur yang ovulasi, tempat terjadinya pembuahan, kemudian menyalurkan oosit yang sudah dibuahi ke dalam uterus. Tuba sepasang kiri dan kanan, sesuai dengan ovarium yang sepasang. Bagian ujung yang menampung oosit disebut infundibulum dan tonjolannya yang menjarimembentuk penadah, disebut fimbriae (Yatim, 1990).
     Dinding saluran ini terdiri dari tiga lapisan yaitu tunika mucosa. Tunika muscularis dan tunika serosa. Tunika mucosa, terdiri atas jaringan epitel, yang selnya selapis bentuk batang, atau berlapis semu. Sel epitel dapat dibedakan atas dua macam, yaitu sel bersilia dan sel penggetah. Sel bersilia untuk mengayuhkan bahan yang ada dalam lumen yang berisi lendir. Sel penggetah befungsi untuk menghasilkan lendir, sebagai media bagi oosit atau spermatozoa. Sel bersilia lebih rendah daripada sel penggetah. Sel penggetah mengandung banyak granula sekresi (Marieb, 2004). 
     Tunika mucosa membentuk tonjolan bercabang. Tonjolan itu membentuk beberapa alur longitudinal, yang diduga untuk melancarkan penyaluran spermatozoa atau oosit yang sudah dibuahi..Tunika muscularis terletak di bawah tunika mucosa, keduanya dibatasi oleh lapisan jaringan ikat yang tipis. Tunika ini terdiri atas serat otot polos yang terdiri dari dua lapis, sirkuler sebelah dalam, longitudinal sebelah luar. Lapisan otot ini berperan untuk kontraksi tuba, yang perlu untuk melancarkan transport spermatozoa atau oosit. Tunika serosa adalah penerusan selaput peritonium, terdiri atas jaringan ikat, dan disebelah luar dilapisi olewh sel mesotel yang gepeng (Cormack, 1994).

b.    Uterus
     Rahim atau uterus berada ditengah atau hanya ada satu. Pada bagian anteriornya bermuara tuba sepasang kiri dan kanan, dan ke bagianposteriornya bermuara vagina. Seperti pada tuba fallopi, dinding uterus juga terdiri dari tiga lapisan yaitu tunika mucosa, tunika muscularis dan tunika serosa. Tunika mucosa dikenal sebagai endometrium. Terdiri atas jaringan epitel dan lamina propia. Sel epitel berbentuk batang dan dibedakan menjadi sel bersilia dan sel penggetah. Di bawah lapisan epitel terdapat lamina propia yang mengandung banyak kelenjar yang mengetahkan lendir. Sel lebih banyak daripada serat dalam lapisan ini, sehingga disebut endometrium yang serupa dengan mesenkhim (jaringan ikat embrio).  Dalam endometrium ditemukan banyak arteri yang melilit.Tunika muscularis terletak dibawah tunika mucosa, lebih dikenal dengan sebutan myometrium. Terdiri dari jaringan otot polos dan sedikit jaringan ikat. Lapisan ini sangat tebal, hingga mencapai 2-3 cm. Dapat dibedakan menjadi empat strata, yaitu stratum submucosum, stratum vaskulare, stratum supravasculare, dan stratum subserosum. Tunika serosa terdiri dari serat kolagen dan fibroblast. Terkadang juga ditemukan serat elastis dan retikulosa. Bagian terluarnya dilapisi mesotel yang merupakan terusan peritoneum (Yatim, 1990).
 
c.    Vagina
      Vagina disebut juga lubang sanggama. Lubang ini menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan penyusunnya terdiri dari tunika mucosa, tunika muscularis dan tunika adventitia. Tunika mucosa mengandung jaringan epitel berlapis dan mengelupas. Tidak ada kelenjar lendir pada vagina. Lendir yang berada di vagina berasal dari serviks. Pada lamina propia terdapat banyak serat elastik dan limfosit. Terkadang juga ditemukan nodul limfa. Tunika muscularis terletak diluar tunika mucosa, mengandung serat otot polos dua lapis, sesuai dengan letak seratnya itu sirkuler dan longitudinal (Marieb, 2004).




Daftar Pustaka
Kerr, J. B. 1998. Atlas of Functional Histology. Mosby: London.
Marieb, E. H. 2004. Human Anatomy and Physiology. Pearson Education Inc: San Francisco.
Slomianka, L. 2006. Blue Histology Gastrointestinal and Reproduction System. The University of Western Australia- School of Anatomy and Human Biology. http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/.

Junqeira et all. 1997. Histologi Dasar.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

No comments:

Post a Comment