Total Pageviews

Friday 2 December 2011

FERTILISASI INVITRO


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Sekitar 20% pasangan mengalami kesulitan dalam memperoleh kehamilan. Bila dalam satu tahun pasangan usia subur tidak dapat memperoleh kehamilan setelah melakukan sanggama secara teratur dan tanpa perlindungan maka mereka digolongkan kedalam pasangan’subfertile”. 40% masalah gangguan kesuburan berada pada tubuh pria antara lain kelainan sperma atau hambatan dalam saluran reproduksi pria ( vas deferen ). Beberapa pria memiliki jumlah sperma yang cukup untuk dapat membuahi sel telur pasangannya dalam “test tube” sekalipun kadang kadang pria ini sendiri tak sanggup melakukan sanggama. Kemudian untuk mengatasi masalah seperti itu terdapat metode yang disebut dengan “Fertilisasi Invitro” (Ferry, 2005). Fertilisasi invitro adalah konsepsi dalam “test tube”. Pasangan wanita terlebih dahulu menjalani induksi ovulasi (stimulasi hormonal pada ovarium ) dan selanjutnya sejumlah sel telur diambil melalui satu tindakan yang dipandu instrumen ultrasonografi. Sel telur yang diambil selanjutnya dicampurkan dengan sperma yang sudah diambil sebelumnya dan dimasukkan kedalam inkubator. Sel telur yang telah dibuahi selanjutkan di implantasi kan pada uterus dengan satu tabung kecil yang dimasukkan melalui servik (Corabian, 1997).

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana Fertilisasi Invitro itu dalakukan ?

1.3  Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana Metode dan Perlakuan Dalam Fertilisasi Infitro.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infertilitas
Infertilitas atau yang biasa sering disebut “kemandulan” merupakan suatu kondisi dimana pasangan suami istri tidak mampu untuk mendapatkan keturunan setelah 1 (satu) tahun pernikahan dengan hubungan seksual yang teratur, baik, serta tanpa upaya mencegah kehamilan. Secara umum, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada suami istri. Infertilitas pada laki-laki biasanya disebabkan oleh rendahnya jumlah sel sperma yang terdapat dalam semen (sekresi cairan yang berisi sel-sel sperma yang dihasilkan selama ejakulasi) dan kualitas sel sperma yang di bawah standar. Berdasarkan jumlah dan kualitas sel sperma yang terkandung dalam satu mililiter semen, infertilitas pada laki-laki dapat dikelompokkan menjadi: oligozoospermia (sel sperma hanya ada beberapa ratus sel saja), kriptozoospermia (sel sperma hanya dapat dijumpai beberapa puluh atau kurang), asthenospermia (sel sperma tidak memiliki kemampuan bergerak secara leluasa untuk “mencari” sel telur), sel sperma yang ada memiliki kelainan pada ekor namun kondisi kepala sperma (pembawa gen) masih baik, dan azoospermia (tidak terdapatnya sperma yang matang)  (Henkel, 2003).
Infertilitas pada perempuan dapat disebabkan oleh tersumbatnya saluran Fallopi akibat infeksi berulang pada alat kelamin dalam, ovulasi yang tidak normal endometriosis dan kerusakan lapisan tuba Fallopi (Corabian, 1997).  Keadaan lain yang menimbulkan infertilitas adalah kecenderungan pasangan suami istri untuk menunda kehamilan sampai perempuan berusia 30 tahun. Secara umum, perempuan mencapai puncak kesuburan pada usia 18 atau 19 tahun, dan mulai menurun secara perlahan pada usia 35 tahun, bahkan menurun secara tajam pada usia 49 tahun dan pada akhirnya terjadi menopause. Menopause bahkan dapat berlangsung lebih awal, yaitu pada 40 tahun. Pada pria,  umur 50 tahun, fertilitasnya tidak jauh berbeda dengan ketika berusia 25 atau 30 tahun (Ferry, 2005).



 
Baca selebihnya di http://www.4shared.com/document/zh0panMb/Laporan_IVF.html
 

No comments:

Post a Comment